BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tanpa kita sadari, setiap hari kita sesungguhnya selalu
melakukan negosiasi. Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di
setiap aspek kehidupan kita. Selain itu negosiasi adalah cara yang paling
efektif untuk mengatasi dan menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan.
Negosiasi diperlukan dalam kehidupan manusia karena sifatnya yang
begitu erat dengan filosofi kehidupan manusia dimana setiap manusia memiliki
sifat dasar untuk mempertahankan kepentingannya, disatu sisi manusia lain juga
memiliki kepentingan. Padahal, kedua pihak tersebut memiliki suatu tujuan yang
sama, yaitu memenuhi kepentingan dan kebutuhannya. Apabila terjadi benturan
kepentingan terhadap suatu hal, maka timbullah suatu sengketa. Dalam
penyelesaian sengketa dikenal berbagai macam cara, salah satunya negoisasi.
Kita memperoleh apa yang kita inginkan melalui negosiasi.
Mulai dari bangun pagi, mungkin kita harus mengambil kesepakatan siapa yang
harus menggunakan kamar mandi terlebih dahulu, kemudian apakah sopir harus
mengantar isteri anda atau anda terlebih dahulu. Demikian pula di kantor
misalnya kita melakukan negosiasi dalam rapat direksi, rapat staf, bahkan untuk
menentukan di mana akan makan siang kita harus bernegosiasi dengan rekan
sekerja kita, bahkan untuk pergi kuliah pun, kita akan bernegosiasi pada diri
sendiri mengenai baju apa yang akan kita kenakan. Jadi kita semua pada dasarnya
adalah negosiator. Beberapa dari kita melakukannya dengan baik, sedangkan
sebagian lagi tidak pernah memenangkan negosiasi. Sebagian kita hanya menjadi
pengikut atau selalu mengikuti dan mengakomodasi kepentingan orang lain.
Negosiasi
dilakukan oleh semua manusia yang berinteraksi dengan manusia lainnya. Mulai dari anak
kecil sampai orang tua, semua lapisan dari kalangan sosial terbawah sampai
dengan kaum elit di kalangan atas. Negosiasi dilakukan mulai dari rumah,
sekolah, kantor, dan semua aspek kehidupan kita. Oleh karena itu penting bagi
kita dalam rangka mengembangkan dan mengelola diri (manajemen diri), untuk
dapat memahami dasar-dasar, prinsip dan teknik-teknik bernegosiasi sehingga
kita dapat melakukan negosiasi serta membangun relasi yang jauh lebih efektif
dan lebih baik dengan siapa saja.
1.2 Tujuan Penulisan
Supaya mahasiswa dapat mengetahui
dan mempelajarilebih jauh tentang negoisasi, seluruh aspek yang
mendampinginya sehingga dapat diimplementasikan kedunia nyata. Mencari solusi,
berfikir krisis dan bertindak aktif sedini mungkin. Diharapkan pula makalah ini
dapat menjadi acuan belajar dalam mempelajari Negoisasi di Perguruan Tinggi.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun
makalah ini dibuat dengan rumusan masalah :
1. Negoisasi dan cakupannya?
2. Proses Negoisasi?
3.
Manajemen Konflik?
4.
Negoisasi dengan hati?
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
2.1. Negoisasi dan
Cakupannya
A. Pengertian
Negoisasi
Salah satuketerampilan komunikasi
yang seringkali kita laksanakan adalah negosiasi.
Negosiasi dapat terjadi setiap hari antar anggota keluarga, di toko, kampus
atau di tempat kerja. Secara sederhana negosiasi terjadi bila orang lain
memiliki apa yang kita inginkan dan kita bersedia menukarnya dengan apa yang
diinginkan mereka. Negosiasi adalah ketrampilan yang bisa dipelajari dan
dilatih
Negoisasi
merupakan kosakata yang sering kita dengar. Negoisasi merupakan proses yang
sering sekali kita lakukan dalam hidup dan sering pula kita tidak sadar kalau
kita tengah melakukan negoisasi. Untuk itu perlu terlebih dahulu dijelasakan
pengertian negoisasi. Negoisasi dipahami sebagai sebuah proses dimana terdapat
pihak ingin menyelesaikan permasalahan, melakuakan suatu persetujuan untuk
melakukan suatu perbuatan, melakukan penawaran untuk mendapatkan keuntungan
tertentu, dan atau berusaha menyelesaikan permasalahan untuk keutungan tertentu
(win-win solution). Negoisasi biasa dikenal sebagai salah satu bentuk
alternatif dispute resulation.
Dengan
demikian, secara sederhana dapat disimpulkan negoisasi adalah satu cara antara dua orang atau
lebih yang berbeda kepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud atau
tujuan dalammencari kesepahaman dengan cara mempertemukan penawaran dan
permintaan darimasing-masing pihak sehingga tercapai suatu kesepakatan atau
kesepahamankepentingan baik itu berupa pendapat, pendirian, maksud atau tujuan
(mencapaikesepakatan bersama).
B. Karakteristik
Negoisasi
1. Senantiasa melibatkan orang baik
sebagai individual, perwakilan organisasi atau perusahaan, sendiri atau dalam
kelompok,
2. Memiliki ancaman terjadinya atau di
dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari awal sampai terjadi
kesepakatan dalam akhir negosiasi,
3. Menggunakan cara-cara pertukaran
sesuatu baik berupa tawar menawar (bargain) maupun tukar menukar (barter),
4. Hampir selalu berbentuk tatap-muka
yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi,
5. Negosiasi biasanya menyangkut
hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan
terjadi,
C. 4
Prinsip Negoisasi
1. Memisahkan perasaan pribadi dengan
masalah yang sedang dihadapi,
2. Berfokus pada kepentingan bukan pada
posisi,
3. Mengumpulkan beberapa pilihan
sebelum membuat keputusan akhir,
4. Kharismatik, vokal yang terdengar
meyakinkan pada saat negoisasi.
D. Kemampuan
Bernegoisasi
Meskipun secara lahiriah manusia
telah dibekali dengan kemampuan untuk bernegosiasi, namun untuk dapat
bernegoisiasi dengan baik, kemampuan dasar tersebut pelu dikembangkan. Adapun,
beberapa kemampuan dasar untuk dapat bernegosiasi yang baik adalah:
1. Kemampuan menentukan serangkaian
tujuan, namun tetap fleksibel dengan sebagian diantaranya. Selain harus mampu mempertahankan
serangkaian tujuan, dalam organisasi, seorang negosiator harus mampu bersikap
fleksibel dalam membaca keseimbangan atau perubahan posisi tawar yang terjadi
selama negosiasi,
2. Kemampuan untuk mencari
kemungkinan-kemungkinan dari pilihan yang banyak. Dalam hal ini, seorang
megosiator harus jeli membaca kemungkinan dan memprediksi konsekuensi yang
mungkin timbul dari masing-masing pilihan. Sebaiknya seorang negosiator sudah
harus mampu memprediksi kemungkinan terbaik dan terburuk yang mungkin timbul,
3. Kemampuan untuk mempersiapkan dengan baik. Tidak ada
negosiasi yang baik tanpa persiapan yang baik. Negosiator ulung selalu
mempersiapkan segala sesuaatu, mulai dari hal besar hingga hal kecil jauh
sebelum pelaksanaan negosiasi. Namun, tak jarang seorang negosiator harus mampu
melakukan negosiasi pada saat yang tidak terduga,
4. Kompetensi interaktif, yaiut mampu
mendengarkan dan menanyakan pihak-piahk lain. Menjawab lebih mudah dari
memberikan pertanyaan yang baik, karena setiap jawaban lahir karena ada
pertanyaan. Tanpa adanya pertanyaan yang baik, jawaban yang baik tidak bisa
diharapkan,
5. Kemampuan menentukan prioritas. Dalam negosiasi, segala hal
yang dinegosiasikan adalah penting, hanya saja seorang negosiator harus mampu
memberikan prioritas kepada permasalahan yang ada, hingga tersusun dalam tingkatan
prioritas.
Dengan memiliki kemampuan dasar tersebut, diharapkan
negosiator sudah memiliki dasar pemikiran dan kemampuan untuk bernegosiasi.
Selanjutnya, selain kemampuan dasar tersebut, seorang negosiator harus memiliki
kemampuan berbicara (retorika) dan kemampuan memimpin (leadership) serta
manajemen yang baik agar mampu menetukan alur negosiasi dan melangsungkan
negosiasi hingga tujuan tercapai.
E. Dua
Jenis Negosiator
Memandang
negosiasi sebagai proses pertikaian. Masing-masing
pihak berusaha mendapatkan sebanyak mungkin jatah atau kemenangan dan
memberikan sesedikit mungkin jatah atau kemenangan bagi lawannya.
2. Value Creators
Mengutamakan
proses yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Mencoba untuk menciptakan
nilai tambah bagi kedua belah pihak yang bernegosiasi.
F. Cakupan Negoisasi
Dalam konteks organisasi, negosiasi
dapat terjadi:
1. Antara dua orang
misal: pada saat manajer dan
bawahannya memutuskan tanggal penyelesaian proyek yang harus diselesaikan oleh
bawahan,
2. Dalam kelompok
misal: untuk mengambil keputusan
kelompok atas suatu kasus,
3. Antar kelompok
Misal: bagian pembelian dengan
pemasok dalam kesepakatan harga, kualitas atau tanggal penyerahan barang.
G. Unsur-unsur
Negosiasi
1. Ketergantungan dalam suatu
tingkatan, antara pihak pihak yang terlibat,
2. Ketidaksepakatan atau konflik (baik
konflik nyata atau yang tersembunyi),
3. Interaksi yang oportunistik (setiap
pihak punya keinginan untuk berusaha mempengaruhi orang lain),
4. Kesepakatan.
H. Tujuan
Negoisasi
1. Tujuan agresif - berusaha memperoleh
keuntungan dari kerugian (damage) pihak lawan,
2. Tujuan kompetitif - berusaha
memperoleh sesuatu yang lebih (getting more) dari pihak lawan,
3. Tujuan kooperatif - berusaha
memperoleh kesepakatan yang saling menguntungkan (mutual gain),
4. Tujuan pemusatan diri - berusaha
memperoleh keuntungan tanpa memperhatikan penerimaan pihak lain,
5. Tujuan defensif - berusaha
memperoleh hasil dengan menghindari yang negatif,
6. Tujuan kombinasi.
I. Gaya-gaya
Negoisasi
Dalam gaya negosiasi
dapat dijelaskan dalam dua dimensi, yaitu arah dan kekuatan:
1.
Arah berbicara tentang cara kita menangani informasi.
a.
Mendorong
[push]
memberi informasi,
mengajukan usul, melalaikan kontribusi orang lain, mengkritik, bertindak
sebagai pengganggu – semua taktik yang berlaku tergantung sifat dan konteks
negosiasi.
b. Menarik [pull]
mengajukan
pertanyaan untuk mendapatkan informasi, meminta saran, memastikan pemahaman,
meminta kejelasan, menyatakan perasaan kita.
2.
Kekuatan
berbicara tentang keluwesan kita untuk beranjak dari kedudukan kita yangn
semula.
a. Bersikap keras : kita ingin menang berapapun harganya, tidak
akan mengalah atau mundur, tidak akan menerima tawaran apapun, kita mengejar sasaran
yang tinggi.
b. Bersikap lunak : kita mengalah, ragu-ragu, sulit untuk berkata
tidak, menyesuaikan diri
sasaran yang kita
kejar rendah. Kita dapat mengambil sikap keras dalam beberapa persoalan dan
bersikap lunak dalam persoalan-persoalan yang lain : hal ini memberikan
petunjuk jelas mengenai hasil yang menjadi prioritas.
J. Prasyarat
Negoisasi Yang Efektif Prasyarat
Negoisasi yang Efektif
1. Kemauan (wilingness), mau menyelesaikan
masalah dan bernegoisasi secara sukarela
2. Kesiapan (preparedness), siap melakukan
negoisasi,
3. Kewenangan (authoritative), mempunyai wewenang
mengambil keputusan,
4. Keseimbangan kekkuatan (equal bargaining
power), memiliki kekuatan yang relatif seimbang sehingga dapat menciptakan
saling ketergantungan,
5. Keterlibatan seluruh pihak terkait
(stakeholdership), dukungan seluruh pihak terkait dalam proses negoisasi,
6. Holistik (comprehensive), pembahasan
permasalahan secara menyeluruh,
7. Komunikasi dan rasa percaya antara sesama
pihak masih ada,
8. Sengketa tidak terlalu pelik,
9. Tanpa prasangka, segala komunikasi atau
diskusi dalam rangka menyelesaikan sengketa tidak dapat sebagai bukti.
2.2. Proses Negoisasi
Seperti proses dan teknik
komunikasi yang lain,negosiasi mengharuskan kita untuk mempersiapkan
diri dari persiapan, pelaksanaan sampai bagaimana kita menutup proses tersebut.
Persiapan dimulai dengan rencana – sasaran akhir dan strategi untuk
mencapainya, tujuan yang diinginkan, persiapan diri, melihat posisi lawan
komunikasi, pendekatan dan strategi yang tepat, dan suasana yang mendukung.
Saat pelaksanaan negosiasi, membaca tanda-tanda nonverbal, membuat dan
menanggapi usulan, menentukan posisi kita,
dan menanggapi siasat yang diberikan lawan kita. Pada proses menutup
negosiasi, bagaimana membahas konsesi dan posisi kita, cara menutup yang
berkesan, mengatasi kemacetan dan menghasilkan sebuah hasil yang diharapkan
bila tidak mencari solusi lain yang tepat dan terakhir melaksanakan keputusan
yang dibuat. Berikut akan dijelaskan mengenai proses negoisasi:
A. Langkah-langkah
bernegoisasi
1. Persiapan
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya. Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan relaksasi. Bagi kita yang menguasai teknik pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.
Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Persiapan yang baik merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya. Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan relaksasi. Bagi kita yang menguasai teknik pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat melakukan latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya berkali-kali secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.
2. Pembukaan
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi:
Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus mampu menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri, ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas, tidak plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita perlukan dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa tahapan dalam mengawali sebuah negosiasi:
a. Jangan memegang apa pun di tangan
kanan anda ketika memasuki ruangan negosiasi;
b. Ulurkan tangan untuk berjabat tangan
terlebih dulu;
c. Jabat tangan dengan tegas dan
singkat;
d. Berikan senyum dan katakan sesuatu
yang pas untuk mengawali pembicaraan.
Selanjutnya dalam pembicaraan awal, mulailah dengan
membangun common ground, yaitu sesuatu yang menjadi kesamaan antar kedua pihak
dan dapat dijadikan landasan bahwa pada dasarnya selain memiliki perbedaan,
kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang dapat dijadikan dasar untuk
membangun rasa percaya.
3. Memulai proses negosiasi
Langkahpertama dalam memulai proses negosiasi adalah menyampaikan (proposing) apa yang
menjadi keinginan atau tuntutan kita. Yang perlu diperhatikan dalam proses
penyampaian tujuan kita tersebut adalah:
a. Tunggu saat yang tepat bagi kedua
pihak untuk memulai pembicaraan pada materi pokok negosiasi;
b. Sampaikan pokok-pokok keinginan atau
tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan penuh percaya diri;
c. Tekankan bahwa anda atau organisasi
anda berkeinginan untuk mencapai suatu kesepakatan dengan mereka
d. Sediakan ruang untuk manuver atau
tawar-menawar dalam negosiasi, jangan membuat hanya dua pilihan ya atau tidak;
e. Sampaikan bahwa ”jika mereka memberi
anda ini anda akan memberi mereka itu – if you’ll give us this, we’ll give you
that.” Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa yang harus mereka berikan
sebagai kompensasi dari apa yang akan kita berikan.
f. Mendengarkan dengan efektif apa yang
ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak lain. Mendengar dengan efektif
memerluka kebiasaan dan teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana
mengartikan gerakan tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan selalu
membangun kontak mata dengan pembicara dan kita berada dalam kondisi yang
relaks namun penuh perhatian.
4. Zona Tawar Menawar (The Bargaining
Zone)
Dalam proses intidari negosiasi, yaitu proses tawar menawar, kita perlu
mengetahui apa itu The Bargaining Zone (TBZ). TBZ adalah suatu wilayah ruang
yang dibatasi oleh harga penawaran pihak penjual (Seller’s Opening Price) dan Tawaran
awal oleh pembeli (Buyer’s Opening Offer). Di antara kedua titik tersebut
terdapat Buyer’s Ideal Offer, Buyer’s Realistic Price dan Buyer’s Highest Price
pada sisi pembeli dan Seller’s Ideal Price, Seller’s Realistic Price dan
Seller’s Lowest Price pada sisi pembeli. Kesepakatan kedua belah pihak yang
paling baik adalah terjadi di dalam wilayah yang disebut Final Offer Zone yang
dibatasi oleh Seller’s Realistic Price dan Buyer’s Realistic Price. Biasanya
kesepakatan terjadi ketika terdapat suatu overlap antara pembeli dan penjual
dalam wilayah Final Offer Zone.
5. Membangun Kesepakatan
Babak terakhir dalam proses negosiasi adalah membangun kesepakatan dan menutup
negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan biasanya kedua pihak melakukan jabat
tangan sebagai tanda bahwa kesepakatan (deal or agreement) telah dicapai dan
kedua pihak memiliki komitmen untuk melaksanakannya. Yang perlu kita ketahui
dalam negosiasi tidak akan pernah tercapai kesepakatan kalau sejak awal
masing-masing atau salah satu pihak tidak memiliki niat untuk mencapai
kesepakatan. Kesepakatan harus dibangun dari keinginan atau niat dari kedua
belah pihak, sehingga kita tidak bertepuk sebelah tangan. Karena itu, penting sekali dalam awal-awal
negosiasi kita memahami dan mengetahui sikap dari pihak lain, melalui apa yang
disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah. Karena jika
sejak awal salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau keinginan untuk
mencapai kesepakatan, maka hal tersebut berarti membuang waktu dan energi kita.
Untuk itu perlu dicari jalan lain, seperti misalnya: conciliation, mediation
dan arbitration melalui pihak ketiga.
2.3. Manajemen Konflik
Karena setiap negosiasi memiliki
potensi konflik dalam seluruh prosesnya, penting sekali bagi kita untuk
memahami cara mengatasi atau menyelesaikan konflik. Untuk menjelaskan berbagai
alternatif penyelesaian konflik dipandang dari sudut menang – kalah
masing-masing pihak, ada empat kuadran manajemen konflik:
1. Kuadran Kalah-Kalah (Menghindari
konflik)
Kuadran keempat ini menjelaskan cara
mengatasi konflik dengan menghindari konflik dan mengabaikan masalah yang
timbul. Atau bisa berarti bahwa kedua belah pihak tidak sepakat untuk
menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik
tersebut. Kita tidak memaksakan keinginan kita dan sebaliknya tidak terlalu
menginginkan sesuatu yang dimiliki atau dikuasai pihak lain. Cara ini
sebetulnya hanya bisa kita lakukan untuk potensi konflik yang ringan dan tidak
terlalu penting. Jadi agar tidak menjadi beban dalam pikiran atau kehidupan
kita, sebaiknya memang setiap potensi konflik harus dapat segera diselesaikan.
2. Kuadran Menang-Kalah (Persaingan)
Kuadran kedua ini memastikan bahwa
kita memenangkan konflik dan pihak lain kalah. Biasanya kita menggunakan
kekuasaan atau pengaruh kita untuk memastikan bahwa dalam konflik tersebut kita
yang keluar sebagai pemenangnya. Biasanya pihak yang kalah akan lebih
mempersiapkan diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu
suasana persaingan atau kompetisi di antara kedua pihak. Gaya penyelesaian
konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak yang merasa terpaksa
harus berada dalam posisi kalah, sehingga sebaiknya hanya digunakan dalam
keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tegas.
3. Kuadran Kalah-Menang (Mengakomodasi)
Agak berbeda dengan kuadran kedua,
kuadran ketiga yaitu kita kalah – mereka menang ini berarti kita berada dalam
posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya ini kita
gunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini
juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat dari konflik tersebut
atau menciptakan perdamaian yang kita inginkan. Mengalah dalam hal ini bukan
berarti kita kalah, tetapi kita menciptakan suasana untuk memungkinkan
penyelesaian yang paripurna terhadap konflik yang timbul antara kedua pihak.
Mengalah memiliki esensi kebesaran jiwa dan memberi kesempatan kepada pihak
lain untuk juga mau mengakomodasi kepentingan kita sehingga selanjutnya kita
bersama bisa menuju ke kuadran pertama.
4. Kuadran Menang-Menang (Kolaborasi)
Kuadran pertama ini disebut dengan
gaya manajemen konflik kolaborasi atau bekerja sama. Tujuan kita adalah
mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui konsensus atau
kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses ini
biasanya yang paling lama memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua
kepentingan yang biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu sama lainnya.
Proses ini memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak untuk
menyelesaikannya dan dapat menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh .
Secara sederhana proses ini dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami
dengan sepenuhnya keinginan atau tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan
penuh komitmen untuk mencari titik temu kedua kepentingan tersebut.
2.4. Negoisasi Dengan Hati
Padadasarnya negosiasi adalah cara bagaimana kita mengenali,
mengelola dan mengendalikan emosi kita dan emosi pihak lain. Di sinilah
seringkali banyak di antara kita tidak menyadari bahwa negosiasi sebenarnya
lebih banyak melibatkan apa yang ada di dalam hati atau jiwa seseorang. Ini
seperti gambaran sebuah gunung es, di mana puncak yang kelihatan merupakan
hal-hal yang formal, tuntutan yang dinyatakan dengan jelas, kebijakan atau
prosedur perusahaan, maupun hubungan atau relasi bisnis yang didasarkan pada
hitungan untung rugi.
Sedangkan yang sering dilupakan dalam proses negosiasi adalah hal-hal yang tidak kelihatan, seperti misalnya hasrat,keinginan, perasaan, nilai-nilai maupun keyakinan yang dianut oleh individualyang terlibat dalam konflik atau yang terlibat dalam proses negosiasi. Hal-hal yang di dalam inilah justru seringkali menjadi kunci terciptanya negosiasi yang sukses dan efektif.
Negosiasi sebenarnya melibatkan tiga hal pokok yang kami sebut sebagai Negotiation Triangle, yaitu terdiri dari HEART (yaitu karakter atau apa yang ada di dalam kita yang menjadi dasar dalam kita melakukan negosiasi), HEAD (yaitu metoda atau teknik-teknik yang kita gunakan dalam melakukan negosiasi), HANDS (yaitu kebiasaan-kebiasaan dan perilaku kita dalam melakukan negosiasi yang semakin menunjukkan jam terbang kita menuju keunggulan atau keahlian dalam bernegosiasi).
Sedangkan yang sering dilupakan dalam proses negosiasi adalah hal-hal yang tidak kelihatan, seperti misalnya hasrat,keinginan, perasaan, nilai-nilai maupun keyakinan yang dianut oleh individualyang terlibat dalam konflik atau yang terlibat dalam proses negosiasi. Hal-hal yang di dalam inilah justru seringkali menjadi kunci terciptanya negosiasi yang sukses dan efektif.
Negosiasi sebenarnya melibatkan tiga hal pokok yang kami sebut sebagai Negotiation Triangle, yaitu terdiri dari HEART (yaitu karakter atau apa yang ada di dalam kita yang menjadi dasar dalam kita melakukan negosiasi), HEAD (yaitu metoda atau teknik-teknik yang kita gunakan dalam melakukan negosiasi), HANDS (yaitu kebiasaan-kebiasaan dan perilaku kita dalam melakukan negosiasi yang semakin menunjukkan jam terbang kita menuju keunggulan atau keahlian dalam bernegosiasi).
Jadi, sebenarnya tidaklah cukup melakukan negosiasi hanya
berdasarkan hal-hal formal, kebijakan dan prosedur, atau teknik-teknik dalam
negosiasi. Justru kita perlu menggunakan ketiga komponen tersebut yaitu: karakter, metoda dan perilaku.
Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat formal, tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak berbicara dengan hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi setiap langkah pengambilan keputusan yang dilakukannya.
Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat formal, tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak berbicara dengan hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada dasarnya selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi setiap langkah pengambilan keputusan yang dilakukannya.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Negosiasi menuntut kemampuan komunikasi yang memadai. Ini
membuktikan betapa komunikasi dengan pihak lain merupakan syarat utama yang
dapat menunjang keberhasilan kita di masa depan. Kita semua adalah negoisiator
yang selalu melakukan negoisiasi setiap hari. Hanya saja, kita tidak sadar,
jikalau kita sedang melakukan suatu negoisasi. Negosiasi tidaklah untuk mencari pemenang
dan pecundang dalam setiap
negosiasi terdapat kesempatan untuk menggunakan kemampuan sosial dan komunikasi
efektif dan kreatif untuk membawa kedua belah pihak ke arah hasil yang positif
bagi kepentingan bersama. [Ron Ludlow & Fergus Panton 2000 : 141 – 142] karena pada
dasarnya sebuah negoisasi adalah sebuah kesepakatan diantara orang-orang yang
melakukan negoisasi.
3.2. Saran
Kemampuan bernegoisasi sangat dibutuhkan dewasa ini,
karena setiap aktivitas membuthkan negoisasi. Kita selalu melakukan negoisasi
kepada orang tua, kakak, adik, anak, suami, istri, teman, kerabat bahkan
negoisasi terhadap diri sendiri kerap kita lakukan. Orang-orang yang selalu
melakukan negoisasi adalah cerdas. Mengapa? Karena dalam negoisasi terdapat
kesepakatan yang menghasilkan keputusan dan keputusan itu adalah hal yang
menyangkut dengan kepentingan diri sendiri yang mengambil sebuah resiko dan
mengharapkan keuntungan tertentu. Untuk itu, latihlah diri pembaca untuk selalu
bernegoisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Sastromatmodjo, Sudijono.
“Komunikasi Bisnis”, Semarang : IKIP Semarang, 1995
http://komunikasibisnis.blogspot.com
http://www.ebizzasia.com
http://purnawan-kristanto.blogspot.com
Sumber Dari: http://primadonakita.blogspot.com/2013/12/contoh-makalah-komunikasi-bisnis.html#ixzz2x1oQRH5q